PENANGGULANGAN
MASALAH BISNIS KELUARGA
Vina Serevina, Syifa
Tunnisa*
Program
SudiPendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Jakarta
E-mail:
syifatunnisa_pfisika14s1@mahasiswa.unj.ac.id
Abstrak- Perusahaan keluarga memegang
peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Di Indonesia, 95% perusahaan
yang ada merupakan perusahaan keluarga. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik,
perusahaan keluarga di Indonesia merupakan perusahaan swasta yang mempunyai
kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto yaitu mencapai 25%.
Masalah
ini tentang bagaimana persiapan yang dilakukan
perusahaan keluarga PT. DenaPella Lestari dalam melakukan penanggulangan masalah dalam
bisnis keluarga yang biasanya hanya bertahan sampai pada generasi ketiga.
Penulis melakukan pengumpulan data dengan metode wawancara dengan pemimpin
perusahaan saat ini. Pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan uji
triangulasi sumber. Dari hasil yang telah dilakukan, transfer nilai-nilai dan
pengetahuan kepemimpinan telah dilakukan dengan baik. Pemimpin melakukan
transfer nilai-nilai kepemimpinan
dengan menjadi contoh
nyata bagi calon suksesor baik di dalam keluarga maupun perusahaan. Sedangkan transfer pengetahuan kepemimpinan
dilakukan pemimpin dengan cara mengkomunikasikan setiap pengetahuan yang berkaitan dengan
perusahaan kepada calon suksesor.
Kata kunci:
penanggulangan masalah bisnis keluarga, suksesi, suksesor, perusahaan keluarga
A. PENDAHULUAN
Perusahaan keluarga menjadi fenomena yang
menarik di dalam dunia bisnis. Banyak sekali perusahaan di dunia yang merupakan
perusahaan keluarga. Perusahaan-perusahaan keluarga tersebut
banyak memberikan kontribusi
bagi negara. Di Indonesia, 96%
atau sebesar 159.000 dari 165.000
perusahaan yang ada merupakan perusahaan
keluarga (Pikiran Rakyat, 16 November 2016). Berdasarkan data Biro Pusat
Statistik, perusahaan keluarga di
Indonesia merupakan perusahaan swasta yang mempunyai kontribusi besar terhadap Produk Domestik
Bruto yaitu mencapai 82,44%. (Swara Karya,
28 Juni 2017).
Jadi di Indonesia, perusahaan keluarga
memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perekonomian negara. Selain itu perusahaan keluarga juga telah memegang
peran penting dalam perekonomian di negara-negara lainnya seperti India, negara-negara
Timur Tengah yang memiliki catatan bahwa
98% kegiatan komersial di dalam Gulf Cooperation Council, yang termasuk di
dalamnya negara Saudi Arabia, Kuwait dan hampir seluruh negara teluk, merupakan
usaha yang dijalankan oleh keluarga.
Perusahaan keluarga juga memiliki peran
penting bagi perekonomian Australia, dengan persentase sebesar 67% dari keseluruhan
perusahaan swasta dan mempekerjakan lebih dari 50% angkatan kerja. Di Jerman, di mana sektor manufakturnya didominasi
oleh perusahaan multinasional besar, sebanyak 90.431 dari 107.094 perusahaannya
dimiliki keluarga dan dipimpin oleh
anggota keluarga (Kayser dan Wallau, 2012).
Perkembangan bisnis keluarga tentunya tidak
lepas dari pengaruh suksesi kepemimpinan yang diterapkan dari setiap pemimpin di
setiap generasi. Suksesi kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
perusahaan keluarga. Potensi konflik yang
terjadi pada suksesi kepemimpinan dalam bisnis keluarga adalah konflik
nilai yang terjadi antara pendiri yang
masih berperan sebagai motor penggerak bisnis utama dan anggota keluarga yang
kemudian terlibat di dalam perusahaan. Mengingat generasi baru cenderung mempunyai
pandangan berbeda karena
umumnya jenjang pendidikan yang
ditempuhnya pun lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya. Suksesi merupakan
isu yang krusial, terutama kalau kendali perusahaan sudah mulai bergerak ke
arah generasi kedua, apalagi generasi
ketiga. Isu-isu dalam suksesi antara lain adalah rencana suksesi yang tidak jelas
dan konflik antara calon-calon pengganti. Kata kunci dalam suksesi adalah kapan
dan kepada siapa perusahaan akan diwariskan. Agar konflik antar calon pengganti
tidak terjadi, perlu dilakukan perencanaan suksesi kepemimpinan. Perencanaan
suksesi tersebut juga ditujukan agar tidak ada perebutan jabatan dan hak dalam
perusahaan keluarga sehingga keluarga juga tetap tentram dan harmonis (Susanto,
2017 dalam Jakarta Consulting Group).
Hal yang menjadi fenomena bagi suksesi
kepemimpinan adalah di Amerika Serikat, 90% dari perusahaan besar adalah bisnis
keluarga atau perusahaan yang dikelola oleh
keluarga. Tetapi dari perusahaan-perusahaan tersebut,hanya 30% yang dapat
bertahan sampai generasi kedua. Sedangkan 70% gagal untuk bertahan sampai
generasi kedua. Dan kurang lebih hanya 10% yang mampu bertahan sampai generasi
ketiga (Lansberg, 1999). Sedangkan di Indonesia sendiri, survei menunjukkan
bahwa 88% perusahaan swasta nasional berada di tangan keluarga. Namun, hanya 5%
dari perusahaan keluarga yang mampu bertahan hingga generasi keempat (Jakarta
Consulting Group). Oleh karena itu, perencanaan dalam suksesi kepemipinan
sangat penting untuk dilaksanakan di dalam sebuah perusahaan, terutama
perusahaan keluarga. Karena dengan perencanaan yang baik maka suksesi
kepemimpinan perusahaan akan jatuh pada orang yang tepat sehingga dapat
mempertahankan keberadaan perusahaan dan mengembangkannya. Isu suksesi dalam
sebuah perusahaan keluarga juga penting apalagi jika pemilik usaha memiliki
anak lebih dari satu. Hal ini diakibatkan oleh kemungkinan timbulnya perbedaan
sudut pandang dalam menjalankan perusahaan, perbedaan visi dan misi kedepan,
dan perbedaaan karakter dari masing-masing anak yang akan menjadi penerus
perusahaan tersebut. Hal ini menjadikan proses suksesi lebih kompleks
(Faustine, 2013).
Langkah-langkah suksesi secara umum terdiri
dari tiga tahap. Tahap pertama adalah melakukan transfer pengetahuan dan
jejaring, serta pengembangan sikap yang benar. Kedua, adalah melakukan transfer
kharisma, nilai-nilai dan mulai memanfatkan jejaring yang dimiliki. Ketiga,
pengembangan keahlian, kharisma dan reputasi (Susanto, 2017).
Nilai-nilai
kepemimpinan secara umum menurut Dubrin seperti yang dikutip Irawanto (2018)
yaitu percaya diri, rendah hati, dapat dipercaya, terbuka, ketegasan, emosi
stabil, antusiasme, rasa humor , hangat, tahan frustasi.
Tiga keterampilan utama yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin atau manajer menurut Katz dalam Schermerhorn (2013),
yaitu :
1.
Keterampilan
Teknis
Keterampilan teknis merupakan kemampuan
untuk menggunakan keahlian khusus dalam melakukan tugas tertentu. Contoh orang
yang memiliki kemampuan teknis adalah akuntan, peneliti pasar, dan ahli
komputer.
2.
Keterampilan
Manusia
Keterampilan manusia atau human skill adalah
kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain. Di tempat kerja, keterampilan
tersebut muncul dalam bentuk rasa percaya, antusias, keterlibatan secara tulus
dalam hubungan interpersonal. Seorang manajer dengan human skill yang baik akan
mempunyai tingkat kewaspadaan diri yang tinggi serta kemampuan untuk dapat
memahami perasaan orang lain.
3.
Keterampilan
Konseptual
Semua pemimpin atau manajer harus mempunyai
kemampuan untuk melihat suatu situasi secara luas serta mampu memecahkan permasalahan
yang akan memberikan manfaat bagi mereka yang perlu diperhatikan. Kemampuan
untuk berpikir secara analitis seperti ini disebut conceptual skill.
Dalam melakukan perencanaan, pemimpin perlu
memiliki beberapa pengetahuan mengenai beberapa bidang manajerial di dalam
perusahaan. Menurut Schermerhorn (2013), pengetahuan yang harus dimiliki para
pemimpin yaitu :
1.
Pengetahuan
operasional
Merupakan pengetahuan yang berhubungan
dengan metode dan tekonologi yang dibutuhkan orang-orang dalam pekerjaannya.
2.
Pengetahuan
keuangan
Merupakan pengetahuan yang berhubungan
dengan dana yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai aktivitas dalam
perusahaan.
3.
Pengetahuan
pemasaran
Merupakan pengetahuan yang berhubungan
dengan keperluan penjualan dan pendistribusian barang dan jasa.
4.
Pengetahuan
sumber daya manusia
Merupakan pengetahuan yang berhubungan
dengan rekrutmen, penyeleksian, dan penempatan orang-orang dalam berbagai
pekerjaan.
Definisi Suksesi
Definisi dari suksesi menurut Aronoff (2013)
adalah proses berkepanjangan dari perencanaan yang bertujuan untuk memastikan
keberlanjutan bisnis antar generasi. Dari definisi tersebut, proses suksesi
membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga suksesor dapat dipersiapkan dengan
lebih matang. Perencanaan yang matang akan menghasilkan suatu hasil yang
maksimal. Aronoff (2013) juga menambahkan bahwa manajemen suksesi bukan menjadi
bagian yang terpenting, tetapi hal itu tidak dapat tercapai sebelum melawati
proses perencanaan suksesi. Proses perencanaan suksesi juga dapat menyebabkan
organisasi dapat bertahan lebih lama pada masa lifecycle nya. Perencanaan suksesi harus disertai dengan
kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan yang baik akan bisa menyesuaikan situasi
yang ada terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses
mempersiapkan suksesor.
Proses Suksesi
1.
Persiapan
Suksesi
Pertama-tama, perusahaan harus
memulai persiapan suksesi dengan strategi. Strategi tersebut penting karena
pemimpin harus mengidentifikasi hal-hal apa yang dapat membuat perusahaan tetap
sukses di masa depan dan perubahan apa yang perlu dilakukan ketika melakukan
suksesi kepemimpinan. Selain itu, pemimpin juga perlu menyesuaikan strategi
perusahaan dengan talenta dan kemampuan calon suksesor. Transisi kepemimpinan
dalam berjalan dengan baik jika persiapan dilakukan dengan matang. Faktor
keluarga juga dapat mempengaruhi proses persiapan suksesi. Keluarga tentunya
harus memilih siapa yang hendak dipersiapkan menjadi pemimpin perusahaan
keluarga di masa depan. Keluarga juga harus memastikan bahwa anak-anaknya
mengerti bahwa peran dalam bisnis keluarga harus dianggap sebagai suatu pilihan,
dan bukan kewajiban atau karena paksaan. Dengan begitu, calon pemimpin akan
lebih memiliki inisiatif yang lebih dalam menjalankan perusahaan di kemudian
hari. (Aronoff, 2013)
2.
Keterlibatan
Calon Suksesor
Pada tahap ini, perusahaan
harus mulai melibatkan calon suksesornya dalam melakukan kegiatan bisnisnya.
Keterlibatan calon suksesor harus dipersiapkan sejak dini sehingga ia mampu
mendapat banyak pengalaman dari keterlibatannya dalam kegiatan di dalam
perusahaan tersebut. Karena pengalaman merupakan salah satu hal yang penting
dalam meneruskan perusahaan. Calon suksesor harus diberikan kesempatan untuk
menjalankan area penting dalam bisnis sehingga ia mendapatkan tanggung jawab
yang lebih. Tanggung jawab yang lebih akan menghasilkan kualitas yang lebih baik
bagi calon pemimpin di kemudian hari (Aronoff, 2013). Pemimpin harus memberikan
pengetahuan dan nilai-nilai kepemimpinan kepada calon suksesornya, sehingga apa
yang didapatkan oleh calon suksesor bukan hanya kemampuan teknis, tetapi
hal-hal psikologis juga. Calon suksesor juga harus mendapatkan jejaring bisnis
dari pemimpin sebelumnya agar hubungan dengan rekan bisnis tetap terjalin
meskipun telah terjadi pergantian pemimpin dalam perusahaan tersebut. Lalu
pemimpin yang baru harus mengembangkan keahlian, kharisma, dan reputasinya di
dalam perusahaan. (Susanto, 2017)
3.
Implementasi
Suksesi
Proses suksesi tidak lengkap sampai
transisi dari pemimpin kepada pemimpin berikutnya dilakukan. Sebelum
mengimplementasikan suksesi, keputusan yang akan dibuat harus dikomunikasikan
di dalam keluarga maupun perusahaan. Adalah sangat krusial bagi seorang
pemimpin untuk mengerti visi dan misi perusahaannya. Ketika suksesi dilakukan,
pemimpin lama harus menyampaikan visi dan misi perusahaan sehingga tujuan
bisnis dan bagaimana bisnis tersebut dijalankan menjadi lebih jelas. (Aronoff,
2013)
B. METODOLOGI
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
jenis penelitian dengan metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lain-lain; secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata–kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2017).
Penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan teknik wawancara. Definisi wawancara menurut Jogiyanto (2008),
wawancara adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari responden.
Proses melakukan wawancara dibagi menjadi dua jenis, yaitu wawancara personal
dan wawancara telepon.
Penulis menggunakan purposive sampling sebagai
metode pengambilan sampel. Purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang
digunakan juga berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang sesuai
dengan kebutuhan peneliti. (Jogiyanto, 2008)
C. PEMBAHASAN
Penerapan Kepemimpinan pada PT. DenaPella Lestari
1.
Gaya
Kepemimpinan pada PT. DenaPella Lestari
Sebuah kepemimpinan bagi Indra Toing
Djauhari adalah contoh yang dapat memberikan figur seorang pemimpin sehingga ia harus menjadi
teladan bagi pengikut. Setiap anggota perusahaan melihat pemimpin mereka
sebagai teladan sehingga apa yang dilakukan
pemimpin mereka harus juga mereka lakukan. Dalam kepemimpinannya, Indra
Toing Djauhari menerapkan gaya kepemimpinan secara demokratis di dalam
perusahaan. Tetapi terkadang ia juga menerapkan kepemimpinan yang otokratis
tergantung situasi yang sedang dihadapi. Jika karyawan tidak disiplin, Indra
Toing Djauhari akan cenderung lebih otokratis dan menegur karyawan tersebut.
Sedangkan gaya kepemimpinan yang demokratis lebih diterapkan saat melakukan rapat.
2.
Fungsi
Kepemimpinan pada PT. DenaPella Lestari
Fungsi kepemimpinan yang diterapkan oleh Indra
Toing Djauhari di PT. DenaPella Lestari adalah fungsi instruksi. Di PT.
DenaPella Lestari, pemimpin bertindak sebagai pihak yang menentukan dan
mengarahkan perusahaan agar mencapai tujuan. Dalam mencapai tujuan tersebut,
dibutuhkan perencanaan dan target yang harus dicapai. Target ditentukan oleh
direktur perusahaan sehingga semua orang yang terlibat dalam perusahaan harus
mengikuti target tersebut. Fungsi kepemimpinan lain yang diterapkan pada PT.
DenaPella Lestari adalah fungsi delegasi. Pendelegasian dilakukan di bidang
masing-masing. Indra Toing Djauhari selaku direktur dari PT.
DenaPella Lestari memberikan delegasi kepada anaknya selaku manajer operasional
untuk membuat keputusan-keputusan penting di bidang operasional. Sedangkan di
bidang keuangan, ibu Sianna seringkali
diberikan wewenang untuk membuat keputusan. Indra Toing Djauhari melakukan
pendelegasian kepada manajer-manajernya bukan langsung kepada tingkat manajemen
di bawah manajer. Sedangkan manajer-manajer perusahaan melakukan pendelegasian
kepada orang di bawah mereka. Jadi, pedelegasian
di PT. DenaPella Lestari dilakukan setingkat demi setingkat.
3.
Kepemimpinan
pada PT. DenaPella Lestari
Dalam
penerapannya, kepemimpinan pada PT. DenaPella Lestari sesuai dengan
teori behavior theories, yaitu dengan selalu memberikan teladan kepada setiap
anggota keluarganya maupun anggota perusahaan. Perusahaan juga menerapkan teori
kontingensi atau contingency theories di dalam kepemimpinannya. Indikatornya adalah pada saat memimpin, Indra
Toing Djauhari menerapkan gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi yang sedang
dihadapi dan ia dapat menyesuaikan diri dengan situasi tersebut. Selain itu, ada teori hubungan atau relational
theories yang diterapkan pada perusahaan PT. DenaPella Lestari. Jadi di dalam
perusahaan tersebut, setiap orang dalam organisasi berkontribusi dalam mencapai
visi yang telah ditetapkan. Setiap orang memiliki bagian masing-masing untuk
menjalankan tugas mereka dengan memiliki komunikasi yang baik.
Nilai-nilai Kepemimpinan pada PT. DenaPella Lestari
1.
Percaya
Diri
Pada PT. DenaPella Lestari, percaya diri
merupakan suatu nilai yang dipakai oleh pemimpinnya. Indra Toing Djauhari
selalu menerapkan kepercayaan diri ketika sedang bekerja. Target yang
ditentukan serta bagaimana cara mencapainya sudah direncanakan oleh Indra Toing
Djauhari. Indra Toing Djauhari juga mengaplikasikan kepercayaan diri dalam
kepemimpinannya yaitu dengan tidak gentar dalam menghadapi masalah. Indra Toing
Djauhari percaya dengan kekuatan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu
masalah, meskipun tidak semua masalah dapat diselesaikan sendiri.
2.
Rendah
Hati
Sebagai seorang pemimpin, Indra Toing
Djauhari mengharuskan seorang pemimpin untuk memiliki kerendahan hati. Nilai ini
dijaga kuat oleh Indra Toing Djauhari, karena seorang pemimpin sehebat apapun
pasti membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, pada PT. DenaPella Lestari nilai
kerendahan hati ini dijaga baik-baik. Indra Toing Djauhari menerapkan nilai ini
dengan menerima masukan atau pendapat dari orang lain dan mau bergaul dengan
orang lain tanpa melihat status sosialnya. Selain dari hal itu, Indra Toing
Djauhari juga mengatakan bahwa seorang pemimpin terkadang perlu untuk
menunjukkan keterampilan atau pengetahuannya kepada bawahan. Hal ini
dikarenakan agar bawahan tidak melihat pemimpinnya sebagai orang yang hanya
dapat berbicara dan tidak dapat melakukan praktek. Indra Toing Djauhari yang
memiliki latar belakang teknik mengerti akan mesin sehingga bawahan tidak bisa
sembarangan “menipu” pemimpinnya.
3.
Kejujuran
Nilai kejujuran merupakan nilai
kepemimpinan yang penting. Indra Toing Djauhari mengatakan bahwa jika pemimpin
tidak jujur, bawahan juga mengikuti. Karena pada dasarnya, pemimpin merupakan
suatu teladan bagi bawahannya. Seorang pemimpin harus dapat dipercaya oleh
orang lain. Penerapan dari nilai kejujuran dalam PT. DenaPella Lestari adalah
uang lembur yang seharusnya bisa dikurangi, Indra Toing Djauhari tetap
memberikan uang lembur secara penuh bagi setiap pekerja yang ikut lembur.
Kepada para klien, Indra Toing Djauhari selalu memberikan barang sesuai dengan
yang diminta tanpa mengurangi bahan sesuai perjanjian. Ia tidak pernah
mengurangi bahan untuk produksi, bahkan jika bahan tersebut tidak mencukupi
untuk memproduksi sesuai dengan yang diminta klien, Indra Toing Djauhari
melakukan penghitungan ulang dan melakukan negosiasi lagi dan bahan baku
ditambah lagi oleh kliennya.
4.
Terbuka
PT. DenaPella Lestari menerapkan nilai
keterbukaan satu dengan yang lain dengan batasan tertentu. Indra Toing Djauhari
sebagai pemimpin harus terbuka dengan orang lain. Tetapi keterbukaan itu tidak
boleh lebih dari satu tingkat di bawah. Jadi Indra Toing Djauhari sebagai
direktur perusahaan hanya boleh terbuka dengan manajer di bawahnya yaitu
manajer operasional, keuangan, dan administrasi. Hal ini dikarenakan jika
hubungan antara direktur dengan karyawan di tingkat paling bawah terlalu dekat,
maka karyawan menjadi kurang respek terhadap pemimpinnya lagi. Mengingat PT.
DenaPella Lestari sebagai perusahaan keluarga, maka hubungan Indra Toing
Djauhari tentunya lebih terbuka dengan keluarganya yang terlibat di perusahaan
yaitu Stefanus sebagai manajer operasional dan ibu Rossanty sebagai manajer
keuangan. Informasi-informasi yang penting tentunya lebih cenderung terbuka
kepada orang-orang tersebut.
5.
Ketegasan
Dalam melakukan kepemimipinannya, Indra
Toing Djauhari memimpin secara tegas. Ketika ada karyawan yang datang
terlambat, pertama-tama diberi surat peringatan dan pemotongan gaji. Jika
karyawan terlambat untuk yang kedua kali, mereka diberi surat peringatan serta
pemotongan gaji dan tunjangan. Untuk yang ketiga, jika mereka terlambat lagi
akan diberhentikan dari pekerjaannya. Indra Toing Djauhari juga mengatakan
bahwa ketegasan merupakan hal yang penting dalam memimpin karena pemimpin yang
tegas akan membentuk suatu tim yang solid dan disiplin.
6.
Emosi
Stabil
Ketika memimpin PT. DenaPella Lestari, Indra
Toing Djauhari terkadang memimpin dengan emosi yang tidak selalu stabil. Ketika
ada masalah yang terlalu menumpuk, Indra Toing Djauhari memilih untuk diam
sejenak dan meninggalkan pekerjaannya dulu. Sehingga pekerjaan tersebut ia
serahkan kepada anaknya untuk sementara. Jadi, terkadang masalah yang sedang
dihadapi di luar perusahaan seperti masalah pribadi atau keluarga berdampak
bagi Indra Toing Djauhari dalam memimpin perusahaan.
7.
Antusiasme
Pada PT. DenaPella Lestari, Indra Toing
Djauhari sudah menerapkan nilai antusiasme dalam memimpin meskipun nilai
tersebut bukan menjadi nilai yang terpenting dalam memimpin. Semangat seorang
pemimpin dapat menjadi teladan bagi karyawannya dalam melakukan pekerjaan. Indra
Toing Djauhari mengungkapkan bahwa antusiasme dapat dilihat dari cara berbicara
dan bertindak sehingga bawahannya dapat merasakan antusiasme dari pemimpinnya.
Antusiasme yang luar biasa dapat memotivasi bawahannya untuk melakukan
pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Semangat Indra Toing Djauhari dalam memimpin
perusahaan pertama dapat dilihat dari gerak tubuhnya yang semangat dalam
melakukan pekerjaannya, karena bagi Indra Toing Djauhari keberadaan perusahaan
adalah untuk dikembangkan. Adalah sia-sia jika memiliki perusahaan tetapi tidak
dapat mengembangkan.
8.
Rasa
Humor
Untuk nilai humoris, Indra Toing Djauhari
mengatakan bahwa ada waktunya memimpin perusahaan dengan serius dan ada juga
waktu untuk santai. Karena masalah hanya dapat diselesaikan dengan kepala
dingin. Misal, pada saat ada rapat Indra Toing Djauhari sebagai direktur
berinisiatif untuk memberikan kata-kata humor yang dapat membuat suasana
menjadi tidak tegang sehingga setiap orang tidak segan untuk menyatakan
pendapat mereka.
9.
Hangat
Pada PT. DenaPella Lestari, nilai ini hampir sama
dengan penerapan dari nilai keterbukaan. Indra Toing Djauhari bersikap hangat
kepada semua orang di dalam perusahaan, tetapi ada batasannya dan tidak boleh
menyangkut masalah pribadi. Batasan itu yaitu Indra Toing Djauhari bersikap
lebih hangat kepada orang-orang yang berada satu tingkat di bawahnya seperti
manajer operasional, keuangan, dan administrasi. Sehingga jabatannya sebagai
direktur masih menjadi suatu batas antara pemimpin perusahaan dengan pengikut.
Jika ada batasan antara pemimpin dan pengikut, pemimpin dapat lebih
mempertahankan kharismanya di dalam perusahaan.
10.
Tahan
Frustasi
Indra Toing Djauhari yang saat ini memimpin
PT. DenaPella Lestari menyatakan bahwa pemimpin yang baik harus dapat
mengontrol emosi mereka. Dalam menerapkan kepemimpinannya, Indra Toing Djauhari
terkadang dihadapkan dengan masalah-masalah yang cukup rumit sehingga memancing
rasa frustasi dalam memimpin. Tetapi Indra Toing Djauhari belajar untuk fokus
pada tujuan yang telah ditetapkan atas perusahaannya. Karena dalam hidup tidak
lepas dari masalah, Indra Toing Djauhari harus belajar untuk tidak menghindari
masalah tersebut. Masalah yang ada harus dihadapi dengan ulet sampai selesai.
Keterampilan Kepemimpinan
1.
Keterampilan
Teknis
Indra Toing Djauhari yang merupakan lulusan
dari sarjana teknik lebih menguasai tentang teknik daripada manajemen. Untuk
bidang mesin, PT. DenaPella Lestari merekrut orang dari luar sebagai operator
mesin. Pada penghitungan pajak, PT. DenaPella Lestari merekrut akuntan pajak
dari luar perusahaan. Untuk manajemen, Indra Toing Djauhari belajar untuk
mengelola manajemen perusahaannya dengan pengalaman yang dimiliki. Karena
pengalaman merupakan pelajaran yang berharga. Jadi, secara keseluruhan
keterampilan teknik khusus sudah dimiliki oleh Indra Toing Djauhari di bidang
pengolahan pabrik dan mesin, tetapi untuk penghitungan pajak masih diserahkan
orang dari luar.
2.
Keterampilan
Manusia
Untuk keterampilan manusia, Indra Toing
Djauhari menjaga hubungan yang baik dengan orang-orang yang terlibat dalam
perusahaan mulai dari manajemen, klien, maupun karyawan perusahaan. Karena
seorang pemimpin yang memiliki keterbatasan, ia membutuhkan kerja sama dengan
orang lain. Indra Toing Djauhari menjaga relasi dengan klien melalui
undangan-undangan yang ada seperti acara perusahaan. Jika klien merupakan klien
besar, Indra Toing Djauhari bahkan mengajaknya untuk datang ke acara
keluarganya. Dengan ini hubungan perusahaan PT. DenaPella Lestari dengan
kliennya dapat terjaga dengan baik.
3.
Keterampilan
Konseptual
Pemimpin PT. DenaPella Lestari, Indra Toing
Djauhari sudah memiliki keterampilan konseptual yaitu dengan menganalisa masalah
yang terjadi di dalam perusahaan. Misalnya ada mesin yang rusak, ternyata
setelah diselidiki mesin tersebut dibuat rusak oleh supervisor perusahaan shift
sebelumnya karena adanya masalah pribadi antara supervisor tersebut dengan
karyawan di shift selanjutnya. Hal ini tentu merugikan pekerja selanjutnya,
sehingga proses produksi tidak dapat dilanjutkan di shift selanjutnya.
Pengetahuan Kepemimpinan
1.
Pengetahuan
Operasional
Dalam menjalankan perusahaan, Indra Toing
Djauhari membutuhkan pengetahuan operasional. Karena pada saat operasional
banyak terjadi kehilangan bahan baku sehingga berdampak pada output yang
dihasilkan. Indra Toing Djauhari mengatakan bahwa pengetahuan operasional
sangat penting untuk dikuasai oleh seorang pemimpin perusahaan karena
operasional merupakan suatu hal yang menentukan efektivitas dan efisiensi
pekerjaan dari perusahaan tersebut. Semakin baik operasional suatu perusahaan,
semakin efisien pekerjaan mereka.
2.
Pengetahuan
Keuangan
Pada PT. DenaPella Lestari, yang lebih
mengelola keuangan perusahaan adalah saudara dari Indra Toing Djauhari yaitu
ibu Rossanty. Sebagai pemimpin, Indra Toing Djauhari kurang mengurus soal
keuangan perusahaan secara detail. Tetapi secara umum, Indra Toing Djauhari
mengerti tentang pengetahuan mengenai keuangan perusahaan. Misalnya
penghitungan laba rugi, biaya bahan baku, biaya operasional, gaji karyawan.
Tetapi untuk penghitungan pajak dan lain sebagainya diserahkan kepada orang
yang ahli di bidangnya.
3.
Pengetahuan
Pemasaran
Di dalam perusahaan, Indra Toing Djauhari
sudah memiliki pengetahuan pemasaran meskipun tidak terlalu dalam. Umumnya, Indra
Toing Djauhari melakukan pemasaran melalui mulut ke mulut. Jadi sewaktu Indra
Toing Djauhari bertemu dengan orang, ia langsung memasarkan produknya kepada orang
tersebut. Perusahaan PT. DenaPella Lestari tidak menggunakan pemasaran melalui
brosur maupun media massa. Untuk pengetahuan pemasaran yang standar seperti target
yang ditetapkan harus tepat. Sebagai perusahaan yang bergerak di industri
Engineering Metal Stamping & Machining Art, PT. DenaPella Lestari harus memasarkan
produknya kepada perusahaan yang bergerak di bidang yang sesuai juga.
4.
Pengetahuan
Sumber Daya Manusia
Dalam menjalankan perusahaan, Indra Toing
Djauhari berhubungan dengan berbagai orang dari berbagai kalangan termasuk karyawan-karyawan
perusahaan. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai sumber daya manusia dibutuhkan
saat memimpin. Indra Toing Djauhari mengontrol sumber daya manusia yang ada di
dalam perusahaan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Selain itu, pada saat
proses rekrutmen Indra Toing Djauhari yang memastikan apakah orang tersebut
dapat lolos seleksi dan bekerja di dalam PT. DenaPella Lestari.
Proses
Suksesi
Suksesi kepemimpinan yang dilakukan pada PT.
DenaPella Lestari melibatkan anak dari Indra Toing Djauhari, yaitu Stefanus. Suksesi
kepemimpinan merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena regenerasi
sangat dibutuhkan bagi perusahaan, terlebih lagi perusahaan keluarga yang
melibatkan
anggota keluarga di dalamnya. Hal yang dilakukan oleh PT. DenaPella Lestari dalam mempersiapkan suksesi kepemimpinan adalah mengenalkan calon suksesor kepada perusahaan sendiri serta jaringan-jaringan yang terlibat dalam perusahaan seperti
penyuplai bahan baku, klien, maupun partner kerja baik di dalam maupun di luar perusahaan.
anggota keluarga di dalamnya. Hal yang dilakukan oleh PT. DenaPella Lestari dalam mempersiapkan suksesi kepemimpinan adalah mengenalkan calon suksesor kepada perusahaan sendiri serta jaringan-jaringan yang terlibat dalam perusahaan seperti
penyuplai bahan baku, klien, maupun partner kerja baik di dalam maupun di luar perusahaan.
Saat ini yang menjadi calon suksesor
perusahaan adalah anak laki-laki tertua dari direktur PT. DenaPella Lestari yaitu
Stefanus. Untuk mempersiapkan suksesi kepemimpinan, Stefanus dibekali
pendidikan dari luar negeri dan lulus sebagai sarjana ekonomi. Dengan pendidikan
tersebut, Stefanus memperoleh ilmu dalam manajemen sehingga ilmu tersebut dapat
diterapkannya ke dalam perusahaan. Selain pendidikan, Stefanus juga
dipersiapkan secara pengalaman dalam mengelola perusahaan dimana setelah lulus
Stefanus langsung diajak oleh Indra Toing Djauhari untuk terjun langsung ke
dalam PT. DenaPella Lestari.
Proses persiapan tersebut diawali ketika
awal Stefanus lulus kuliah, ia datang ke pabrik untuk melihat proses produksi
saja. Lalu Indra Toing Djauhari mulai mengenalkan Stefanus kepada
manajer-manajer dan kepala bagian tiap divisi. Selain itu, Stefanus juga
diperkenalkan dengan klien-klien saat Indra Toing Djauhari bertemu dengan
kliennya. Awalnya, Stefanus mempelajari proses produksi dengan mengamati proses
produksi mulai dari bahan baku hingga produk jadi dan Indra Toing Djauhari
memberikan penjelasan apabila ada yang belum jelas. Setelah itu Stefanus praktek
langsung ke lapangan.
Pola
Suksesi
PT. DenaPella Lestari menerapkan informal
planned succession sebagai pola suksesi kepemimpinan dalam perusahaan.
Hal ini dikarenakan Stefanus ketika masuk ke dalam perusahaan langsung diberikan
jabatan sebagai manajer operasional yang merupakan jabatan di bawah orang nomer
satu di dalam PT. DenaPella Lestari. Sehingga dengan hal tersebut, Stefanus secara langsung menerima perintah dari Indra Toing Djauhari serta petunjuk untuk mengelola perusahaan dalam hal operasional.
satu di dalam PT. DenaPella Lestari. Sehingga dengan hal tersebut, Stefanus secara langsung menerima perintah dari Indra Toing Djauhari serta petunjuk untuk mengelola perusahaan dalam hal operasional.
Dampak Keterlibatan Calon Suksesor
Setelah Stefanus dilibatkan dalam
operasional
perusahaan secara full time sejak tahun 2012, perusahaan PT. DenaPella Lestari mengalami beberapa peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi dalam hal level produksi yang meningkat dan peningkatan efisiensi perusahaan. Calon suksesor saat ini bertanggung jawab dalam bidang operasional untuk menambah value dari perusahaan dengan mengontrol kualitas pada saat melakukan produksi. Dengan kualitas yang terkontrol, hal tersebut akan menjaga nama baik perusahaan di luar. Sehingga
klien yang bekerja sama dengan perusahaan bertambah banyak dan berdampak pada omzet perusahaan yang semakin meningkat.
perusahaan secara full time sejak tahun 2012, perusahaan PT. DenaPella Lestari mengalami beberapa peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi dalam hal level produksi yang meningkat dan peningkatan efisiensi perusahaan. Calon suksesor saat ini bertanggung jawab dalam bidang operasional untuk menambah value dari perusahaan dengan mengontrol kualitas pada saat melakukan produksi. Dengan kualitas yang terkontrol, hal tersebut akan menjaga nama baik perusahaan di luar. Sehingga
klien yang bekerja sama dengan perusahaan bertambah banyak dan berdampak pada omzet perusahaan yang semakin meningkat.
Pergantian Peran Pemimpin dan Suksesor
Dalam hal ini, PT. DenaPella Lestari
melakukan suksesi kepemimpinan secara gradual atau progresif. Indra Toing
Djauhari memberikan tanggung jawab lebih kepada calon suksesornya secara
bertahap. Dimulai dari hal-hal yang kecil seperti belajar mengenai produksi,
mesin, dan manajemen. Lalu setelah memperlajari hal tersebut, calon suksesor
mengaplikasikannya ke dalam perusahaan. Pada tahap selanjutnya, calon suksesor mulai
diberikan kepercayaan untuk bertemu dengan klien dan melakukan kesepakatan baik
mengenai harga maupun kuantitas minimal yang harus diproduksi untuk memperoleh harga
tersebut. Tanggung jawab yang semakin besar ini menggambarkan bahwa proses
pergantian pemimpin dan calon suksesor pada PT. DenaPella Lestari bersifat
progresif dari waktu ke waktu.
Transfer Pengetahuan Kepemimpinan
Dalam pengetahuan kepemimpinan, Indra Toing
Djauhari mengajarkan kepada Stefanus dengan mengkomunikasikan setiap
pengetahuan dengan jelas. Untuk pengetahuan operasional, Indra Toing Djauhari
mengajarkannya pertama kali dengan mengajak Stefanus untuk datang ke pabrik.
Stefanus datang ke
pabrik untuk mengetahui segala kegiatan operasional di dalam pabrik mulai dari masuknya bahan baku hingga menghasilkan produk jadi. Apabila dalam proses tersebut Stefanus belum mengerti, Indra Toing Djauhari memberikan penjelasan tentang hal tersebut.
pabrik untuk mengetahui segala kegiatan operasional di dalam pabrik mulai dari masuknya bahan baku hingga menghasilkan produk jadi. Apabila dalam proses tersebut Stefanus belum mengerti, Indra Toing Djauhari memberikan penjelasan tentang hal tersebut.
Stefanus saat ini telah diberikan
pengetahuan
mengenai keuangan. Meskipun sudah dibekali oleh latar belakang lulusan manajemen, Stefanus tetap mulai dari awal untuk mempelajari tentang bagaimana mengelola keuangan perusahaan. Mulai dari menghitung bahan baku yang digunakan, biaya-biaya operasional yang diperlukan, harga jual produk, hingga laba rugi setiap periode. Stefanus melakukan hal-hal ini dengan mulai belajar praktek. Terkadang di awal-awal masih banyak kesalahan yang dibuat. Tetapi seiring berjalannya waktu, kesalahan yang dibuat
berkurang.
mengenai keuangan. Meskipun sudah dibekali oleh latar belakang lulusan manajemen, Stefanus tetap mulai dari awal untuk mempelajari tentang bagaimana mengelola keuangan perusahaan. Mulai dari menghitung bahan baku yang digunakan, biaya-biaya operasional yang diperlukan, harga jual produk, hingga laba rugi setiap periode. Stefanus melakukan hal-hal ini dengan mulai belajar praktek. Terkadang di awal-awal masih banyak kesalahan yang dibuat. Tetapi seiring berjalannya waktu, kesalahan yang dibuat
berkurang.
Indra Toing Djauhari saat ini telah
melakukan transfer jaringan dengan cara mengenalkan Stefanus dengan klien-klien
perusahaan. Pada saat Indra Toing Djauhari bertemu dengan klien, ia seringkali
mengajak Stefanus. Dengan ini Stefanus akan lebih mengenal klien-klien perusahaan
sehingga pada saat suksesi kepemimpinan terjadi, ia sudah terlebih dahulu mengenal
klien-kliennya.
Untuk pengetahuan sumber daya manusia, Indra
Toing Djauhari mengajarkannya dengan mengkomunikasikan kepada Stefanus
bagaimana cara mengatasi setiap permasalahan yang berhubungan dengan sumber
daya manusia. Di dalam perusahaan pernah terjadi permintaan kenaikan gaji
karyawan.
Karena Indra Toing Djauhari lagi sibuk, Stefanus mengadakan rapat dengan pimpinan tiap divisi. Setelah itu Stefanus mengkomunikasikan hasil rapat dengan Indra Toing Djauhari. Sehingga keputusan yang dibuat berdasarkan diskusi bersama dan tentunya dengan bimbingan dari Indra Toing Djauhari.
Karena Indra Toing Djauhari lagi sibuk, Stefanus mengadakan rapat dengan pimpinan tiap divisi. Setelah itu Stefanus mengkomunikasikan hasil rapat dengan Indra Toing Djauhari. Sehingga keputusan yang dibuat berdasarkan diskusi bersama dan tentunya dengan bimbingan dari Indra Toing Djauhari.
Untuk visi dan misi perusahaan, Indra Toing
Djauhari sudah memberitahukannya kepada Stefanus sehingga prinsip pemimpin
sekarang dan calon suksesor dapat terjaga menuju visi dan misi tersebut.
Transfer Nilai Kepemimpinan
Dalam sebuah perusahaan keluarga dibutuhkan
transfer nilai dan pengetahuan kepemimpinan kepada calon suksesor agar calon
suksesor menjalankan perusahaan dengan pengetahuan yang luas serta nilai-nilai
yang tetap dipertahankan. Dalam hal ini, Indra Toing Djauhari telah memberikan nilai-nilai
rendah hati, kejujuran, keterbukaaan dengan tim,
ketegasan, pengendalian diri, dan antusiasme dalam
memimpin. Nilai kejujuran yang diberikan Indra Toing Djauhari kepada Stefanus memang sudah diterapkan meskipun di luar perusahaan, di dalam keluarga pun nilai tersebut dijunjung tinggi. Stefanus dibentuk agar menjadi orang yang jujur. Selain itu, Stefanus juga dihimbau agar ia mau terbuka dengan tim dalam perusahaan meskipun tidak semua orang boleh tahu
tentang hal tersebut. Stefanus hanya boleh terbuka dengan direktur, manajer keuangan, dan manajer administrasi dengan batasan tertentu. Stefanus juga dididik untuk menjadi orang yang tegas dalam memimpin. Sebagai contoh, Stefanus terkadang diberi kepercayaan oleh Indra Toing Djauhari untuk memutuskan harga dengan klien maupun deadline sesuai dengan permintaan klien. Dari hal tersebut, Stefanus dapat belajar untuk bernegosiasi dengan kliennya. Stefanus juga diberikan nilai emosi yang stabil sehingga ketika memimpin perusahaan, ia tidak membawa masalah pribadinya mengganggu profesionalitasnya dalam memimpin perusahaan.
ketegasan, pengendalian diri, dan antusiasme dalam
memimpin. Nilai kejujuran yang diberikan Indra Toing Djauhari kepada Stefanus memang sudah diterapkan meskipun di luar perusahaan, di dalam keluarga pun nilai tersebut dijunjung tinggi. Stefanus dibentuk agar menjadi orang yang jujur. Selain itu, Stefanus juga dihimbau agar ia mau terbuka dengan tim dalam perusahaan meskipun tidak semua orang boleh tahu
tentang hal tersebut. Stefanus hanya boleh terbuka dengan direktur, manajer keuangan, dan manajer administrasi dengan batasan tertentu. Stefanus juga dididik untuk menjadi orang yang tegas dalam memimpin. Sebagai contoh, Stefanus terkadang diberi kepercayaan oleh Indra Toing Djauhari untuk memutuskan harga dengan klien maupun deadline sesuai dengan permintaan klien. Dari hal tersebut, Stefanus dapat belajar untuk bernegosiasi dengan kliennya. Stefanus juga diberikan nilai emosi yang stabil sehingga ketika memimpin perusahaan, ia tidak membawa masalah pribadinya mengganggu profesionalitasnya dalam memimpin perusahaan.
Indra Toing Djauhari mengajarkan agar
Stefanus mampu memisahkan antara masalah pribadi dengan perusahaan. Nilai lain
yang telah diberikan Indra Toing Djauhari kepada Stefanus adalah antusiasme
dalam memimpin. Antusiasme yang luar biasa akan menaikkan motivasi setiap orang
bekerja dengan lebih giat dan semangat. Dalam melakukan transfer nilai
kepemimpinan, Indra Toing Djauhari melakukannya dengan menjadi contoh secara nyata,
karena akan lebih susah bila nilai tersebut diajarkan secara verbal dan
kata-kata saja. Karena teori belum tentu sesuai dengan prakteknya. Jika Indra
Toing Djauhari sudah menjadi teladan, maka Stefanus akan melihat bahwa apa yang
dilakukan ayahnya merupakan suatu figur yang baik.
D. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan yang telah dibuat
diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal seperti berikut:
1.
PT.
DenaPella Lestari adalah perusahaan keluarga dengan jenis perusahaan keluarga Family
Business Enterprise (FBE) dimana kepemilikan perusahaan merupakan
kepemilikan keluarga dan posisi-posisi kunci dalam perusahaan dipegang oleh
anggota keluarga mulai dari komisaris, direktur, dan manajer-manajernya.
2.
Penerapan
gaya kepemimpinan pada PT. Fajar
Artasari bersifat demokratis dan otokratis
tergantung situasi yang dihadapi. Terkadang,
Indra Toing Djauhari menerapkan sistem demokrasi dan di saat lain Indra Toing Djauhari cenderung otokratis.
Artasari bersifat demokratis dan otokratis
tergantung situasi yang dihadapi. Terkadang,
Indra Toing Djauhari menerapkan sistem demokrasi dan di saat lain Indra Toing Djauhari cenderung otokratis.
3.
Penerapan
fungsi kepemimpinan pada PT. Fajar
Artasari lebih cenderung bersifat satu arah seperti
fungsi instruksi dan delegasi yang diberikan
pemimpin kepada bawahannya. Pemimpin harus
memberikan instruksi kepada bawahan bukan
bawahan yang mengatur pemimpin. Delegasi
diberikan pemimpin kepada satu tingkat di
bawahnya sesuai bidang masing-masing.
Artasari lebih cenderung bersifat satu arah seperti
fungsi instruksi dan delegasi yang diberikan
pemimpin kepada bawahannya. Pemimpin harus
memberikan instruksi kepada bawahan bukan
bawahan yang mengatur pemimpin. Delegasi
diberikan pemimpin kepada satu tingkat di
bawahnya sesuai bidang masing-masing.
4.
Dalam PT.
DenaPella Lestari, Indra Toing Djauhari telah memiliki nilai-nilai percaya
diri, rendah hati, kejujuran, keterbukaan, ketegasan, emosi stabil, antusiasme,
rasa humor, hangat, dan tahan frustasi dalam memimpin perusahaan.
5.
Proses
persiapan suksesi kepemimpinan PT.
Fajar Artasari dimulai dari membekali calon
suksesor dengan pendidikan manajemen, lalu
mengajak calon suksesor untuk mengamati
pekerjaan di perusahaan. Setelah itu, calon
suksesor melakukan praktek dalam hal mengolah
dan memeriksa bahan baku, mesin, dan hasil
produksi. Sehingga pada saat ini, ia menjadi
manajer operasional yang bertugas mengelola
operasional perusahaan.
Fajar Artasari dimulai dari membekali calon
suksesor dengan pendidikan manajemen, lalu
mengajak calon suksesor untuk mengamati
pekerjaan di perusahaan. Setelah itu, calon
suksesor melakukan praktek dalam hal mengolah
dan memeriksa bahan baku, mesin, dan hasil
produksi. Sehingga pada saat ini, ia menjadi
manajer operasional yang bertugas mengelola
operasional perusahaan.
6.
Dalam
proses suksesi kepemimpinan, pemimpin
PT. DenaPella Lestari melakukan transfer
pengetahuan kepemimpinan dengan cara
mengkomunikasikan dengan jelas kepada calon
suksesor setiap pengetahuan yang berhubungan
dengan perusahaan seperti pengetahuan
operasional, keuangan, pemasaran, dan sumber
daya manusia.
PT. DenaPella Lestari melakukan transfer
pengetahuan kepemimpinan dengan cara
mengkomunikasikan dengan jelas kepada calon
suksesor setiap pengetahuan yang berhubungan
dengan perusahaan seperti pengetahuan
operasional, keuangan, pemasaran, dan sumber
daya manusia.
7.
Dalam
proses suksesi kepemimpinan, pemimpin
PT. DenaPella Lestari melakukan transfer nilai-nilai
kepemimpinan dengan menjadi teladan dan
contoh nyata bagi calon suksesor agar calon
suksesor mengerti akan nilai-nilai kepemimpinan
yang harus diterapkan dalam memimpin.
PT. DenaPella Lestari melakukan transfer nilai-nilai
kepemimpinan dengan menjadi teladan dan
contoh nyata bagi calon suksesor agar calon
suksesor mengerti akan nilai-nilai kepemimpinan
yang harus diterapkan dalam memimpin.
REFERENSI
Aronoff. (2013). Business
Succession : The Final Test of Greatness. Family Enterprise
Publisher.
Bungin, B. (2009). Penelitian
kualitatif. Jakarta : Prenada Media Group.
Hadinugroho, E. (2013). Studi
Deskriptif Persiapan Suksesi Kepemimpinan pada Perusahaan Freight and Forwarding.
Jurnal Agora vol.1, no.1
Irawanto, D. (2008). Kepemimpinan
: Esensi dan realitas. Malang : Bayumedia Publishing
Jogiyanto. (2008). Metodologi
penelitian sistem informasi. Yogyakarta : CV. Andi Offset
Moleong, J. L. (2017). Metodologi
penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya.
Rivai, V. (2003). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Rivai, V. (2003). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Schermerhorn, J.R. (2013). Management
(Terjemahan
Indonesia edisi ke-5). New York, USA : John Wiley and Sons.
Indonesia edisi ke-5). New York, USA : John Wiley and Sons.
Simanjuntak, A. (2010).
Prinsip-Prinsip Manajemen Bisnis Keluarga Dikaitkan Dengan Kedudukan Mandiri Perseroan
Terbatas. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol 12, no.2
Susanto, A.B. (2017). The
Jakarta consulting group on family business. Jakarta : The Jakarta
Consulting Group.
BalasHapusWah romannya udah pada naik gaji nih..
Pernah kepikiran ga sih kalo udah naik gaji gitu kita harus ngapain lagi?
Ada referensi nih buat temen-temen supaya kenaikan gajinya ga sia2..
agar kenaikan gaji tak sia sia
Bagus sekali https://setara.net/ingin-limit-kartu-kredit-naik-ini-syarat-dan-prosedurnya/
BalasHapus