Peluang
Berbisnis dengan Mengikuti Tren di Masyarakat
Vina Serevina, Sarah
Salsabila
Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas
Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka 13320
Email: sarsar.salsabila@gmail.com
Abstrak
Untuk
menjadikan bisnis lebih tahan lama, seorang pengusaha harus mengikuti tren yang
berlaku. Sejarah membuktikan banyaknya perusahaan yang gulung tikar karena
tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan mereka. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis bagaimana cara untuk memaksimalkan keuntungan dari bisnis
tersebut. Metode yang dilakukan adalah metode kuantitatif. Dari hasil analisa
didapatkan cara untuk
memaksimalkan bisnis yang mengikuti tren, pengusaha harus: (1) Menganalisis
biaya operasional, (2) Menentukan tempat berjualan dan target konsumen, (3) Memilih
platform yang tepat untuk
mempromosikan produk, (4) Jeli dalam melihat peluang bisnis.
Kata Kunci:
peluang, bisnis, tren, kelebihan, kekurangan
Abstract
To
make a long-lasting business, an entrepreneur must follow the prevailing trend.
History proves that many companies are out of business because they can not
adapt to their environment. The purpose of this study is to analyze how to
maximize profits from the business. The method used is quantitative method. The
result of this study is when an entrepreneur wanted to maximize the business
profits, they must: (1) Analyze operational costs, (2) Determine the place to
sell their products and their target consumers, (3) Choosing the right platform
to promote products, (4) Able to see business opportunities
Keywords:
opportunities, business, trends, maximize, profit
Pendahuluan
Pengusaha yang sukses tahu bagaimana
cara mengikuti tren yang paling signifikan dalam lingkup bisnis mereka. Sebagian
orang menciptakan tren, Sebagian orang mengerti bagaimana alur tren, sebagian
orang dapat menciptakan dan mengerti alur tren. Sebagian sisanya adalah orang
yang tidak dapat menciptakan ataupun mengerti tren. (Sutevski)
Untuk
menjadikan bisnis lebih tahan lama, seorang pengusaha harus mengikuti tren yang
berlaku. Sejarah membuktikan banyaknya perusahaan yang gulung tikar karena
tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan mereka. Pasar dan industri bisnis
selalu berubah menurut waktu. Seluruh lingkungan ruang lingkup bisnis juga
berubah tiap waktu. Jadi, bisnis pun harus terus dinamis dan fleksibel
mengikuti perkembangan zaman. Karena itu seorang pengusaha harus mengikuti tren
yang berlaku. Pengusaha tidak dapat menciptakan tren viral dengan seorang diri,
mereka harus mengerti apa yang dibutuhkan dan diinginkan kostumer untuk membuat
sebuah tren. (Sutevski)
Tahu
bulat, es kepal Milo, fidget spinner,
dan slime merupakan salah satu contoh
dari tren berbisnis yang ada selama dua atau tiga tahun terakhir. Pada masa
jayanya penjual tahu bulat bisa mendapatkan omset Rp1.500.000,00 per hari,
seorang pengusaha es kepal Milo dapat menghasilkan Rp5.000.000,00 per hari (R, 2018) . Theresa Nguyen,
seorang pengusaha cilik dari Amerika, dicatat menghasilkan lebih dari $3000
setiap bulannya dari penjualan slime, mainan yang bahan dasarnya hanyalah lem
dan boraks, dengan mempromosikan produknya menggunakan media sosial seperti
Instagram, atau Facebook (Phillips, 2017) . Itu adalah beberapa
contoh dari keuntungan berbisnis dengan menjual apa yang sedang menjadi tren.
Sekarang
pertanyaannya adalah, apakah keuntungan dari bisnis yang berbasis dengan tren?
Apakah kekurangan dari bisnis yang terlalu trend
oriented? Bagaimana cara agar bisnis yang berbasis tren ini bisa bertahan
lebih lama dan menghasilkan lebih banyak keuntungan?
Bisnis
yang bergantung pada tren pastilah memiliki kekurangan dan kelebihan
tersendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana cara
untuk memaksimalkan keuntungan dari bisnis tersebut.
Metodologi
Pada
penelitian ini digunakan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. (Sugiyono, 2012)
\
Pembahasan
Berdasarkan
hasil penelitian, tentu bisnis berorientasi tren memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya antara lain adalah seorang pengusaha yang mengikuti tren dapat
meramalkan tren yang akan terjadi berikutnya. Ketika produk mengalami penurunan
dalam popularitasnya, seorang pengusaha dapat memperkirakan apa lagi yang akan
menjadi tren.dengan mengikuti tren, seorang pengusaha dapat melihat pola dalam
tren karena sesungguhnya tren adalah siklus yang terus berputar. Dengan
mengikuti tren, pengusaha dapat mengetahui apa saja yang harus di kembangkan
dari produknya, sebagai contoh penjualan tahu Sumedang turun drastis hingga 80%
(Herdiana, 2017) . Pengusaha tahu sumedang harusnya
mengembangkan produknya agar tetap menarik dan tidak kalah saing. Selain itu
bisnis yang bergantung pada tren, bahkan jika pengusaha hanyalah “mengikuti”
bukan menciptakan tren, produk yang dijual sudah memiliki brand name yang kuat. (Sutevski)
Sedangkan
kekurangan adalah apabila pengusaha sangat bergantung pada tren, maka produk
yang dijual tidak bisa dijual dalam jangka panjang. Banyak hal yang menjadi
tren hanya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, ketika tren sudah mereda
maka pengusaha harus mencari tren baru lagi untuk tetap bertahan.
Bagaimana
cara untuk memaksimalkan pendapatan dari tren yang berlaku? Pertama-tama
pengusaha harus menganalisis biaya operasional, contohnya, penjualan tahu bulat
biasanya menyewa mobil pickup,
dilansir dari Jabar Ekspres bahwa harga sewa mobil pickup mencapai Rp100.000,00 per hari, sedangkan tahu bulat dijual
seharga Rp500,00 per buah, pengusaha harus mempertimbangkan apakah dengan
berjualan tahu bulat bisa mendapatkan keuntungan? Selanjutnya pengusaha harus
melihat tempat strategis untuk berjualan/target konsumen. Es kepal Milo memiliki
harga sekitar Rp10.000,00 – Rp20.000,00, harga yang terlalu mahal untuk dijual
kepada anak-anak SD. Maka penjual es kepal Milo membuat ukuran small untuk es kepal Milo seharga
Rp5.000,00 yang kemungkinan masih dapat dibeli oleh anak-anak SD. Kemudian pengusaha
harus mencari platform yang tepat
untuk melakukan promosi dari produk yang akan dipasarkan, seperti yang
dilakukan Theresa Nguyen, yaitu memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan slime miliknya. Yang terakhir, pengusaha
harus jeli dalam melihat peluang dalam memanfaatkan tren dalam bisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar