Analisis Pemecahan Masalah Dalam
Pemasaran Terhadap Penetapan Harga Cabai Rawit Merah Di Jakarta
Vina Serevina, Riky Tri Hartagung*
Program Studi Pendidikan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta
email: rikytri10@gmail.com
email: rikytri10@gmail.com
Abstrak
Penelitian bertujuan
mengetahui solusi pemecahan terhadap penetapan harga cabai rawit merah di
Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan studi lapangan dengan menggunakan
metode kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini terdiri dari Staf dan
pimpinan Bagian Informasi PD. Pasar Jaya Pasar Induk Kramat Jati; Pedagang
Besar Cabe rawit merah di Pasar induk Kramat Jati, dan; Pedagang Kecil di Pasar
Induk Kramat Jati. Data-data yang dikumpulkan melalui observasi partisipatif,
wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa masalah dalam
penetapan harga cabai rawit merah terjadi melalui penetapan harga segmentasi
pelanggan, penetapan harga bentuk produk, penetapan harga citra, penetapan
harga saluran dan penetapan harga waktu. Penetapan harga cabai rawit merah di
Pasar Induk Kramat Jati dilakukan untuk membedakan kebutuhan berdasarkan
kriteria konsumen demi berjalannya mata rantai distribusi cabai rawit merah
serta menjaga kestabilan harga cabai rawit merah yang akan masuk ke Jabodetabek
dengan tetap menjaga profit pedagang cabai rawit merah.
Kata Kunci : Harga, Penetapan Harga, Pasar Induk, Metode Kualitatif Deskriptif
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang
kaya akan sumber daya alam dan tanahnya yang subur tersebar luas di seluruh
kawasan dunia. Indonesia dikenal juga sebagai negara agraris yakni sebagian
besar masyarakatnya sampai saat ini bermata pencaharian sebagai petani walaupun
muncul kemajuan teknologi pertanian yang membangkitkan pengusaha-pengusaha
besar di bidang pertanian. Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang telah
tumbuh dan berkembang, selain itu Indonesia juga terkenal dengan sebutan negara
agraris, dimana sebagian besar wilayah Indonesia digunakan untuk usaha
pertanian. Hal ini disebabkan karena kondisi iklim serta letak geografi yang
sangat menunjang (Ashari, S. 1995).
Salah
satu usaha pertanian yang ada di Indonesia adalah sayuran, selain dari usaha
pertanian padi dan jagung. Pengelolaan usahatani sayuran dapat meningkatkan
pendapatan petani dengan skala usaha kecil karena nilai ekonomi sayuran yang
besar. Adanya permintaan pasar dalam negeri maupun luar negeri yang terus
berkembang memungkinkan untuk memperluas peningkatan produksi sayuran. Hal ini
dibuktikan dengan adanya perluasan areal pertanian, peningkatan teknologi, dan
perlindungan terhadap produksi dalam negeri, dengan begitu maka produksi
sayuran dalam negeri bisa diekspor keluar negeri untuk memperluas peningkatan
produksi sayuran.
Cabai
merupakan salah satu tanaman sayuran yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh
sebagian masyarakat, cabagi digunakan hampir di semua masakan sehari-hari.
Harga cabai selalu berfluktuasi mengikuti momentum besarnya pemerintah.
Sementara pada saat panen raya harga cabai menjadi sangat murah (Suyanti,
2014). Produksi cabai terluas dan paling tinggi berada di Jawa, khususnya jawa
Tengah tetapi harga cabai selalu berfluktuatif, hal ini disebabkan karena
komoditas cabai tidak tahan lama disimpan. Konsumen biasanya membutuhkan dalam
bentuk sayuran yang masih segar. Hal ini perlu adanya sistem pemasaran yang efisien
dari produsen ke konsumen. Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Pasal 1 Tahun
2016 dituliskan bahwa harga acuan penjualan di konsumen adalah harga penjualan
di tingkat konsumen yang di tetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan
struktur biaya yang wajar yang mencakup antara lain biaya produksi, biaya
distribusi, keuntungan dan biaya lainnya. Sistem pemasaran yang efisien
menuntut agar pihak-pihak yang terlibat di dalamnya diberi informasi dengan
baik. Pembeli memiliki informasi mengenai sumber-sumber penawaran. Penjual
memiliki informasi mengenai harga, mutu, dan sumber-sumber produk sehingga
dengan begitu keduanya tidak akan dirugikan.
Dalam
observasi awal yang dilakukan, harga cabai rawit merah selalu mengalami
perubahan harga yang signifikan dari bulan Maret hingga Mei. Hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkatan
kepuasan konsumen. Perkembangan produksi dan produktivitas dipengaruhi oleh
luas panen, jika semakin luas maka jumlah produksi dan produktivitasnya semakin
meningkat tetapi sebaliknya jika luas panennya sedikit maka produksi dan
produktivitasnnya akan menurun. Seperti yang dilakukan oleh Dewi Retno Sari
(2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Impor Cabai Di Indonesia”, variabel harga cabai domestik
berpengaruh positif terhadap impor cabai di Indonesia. Hal ini yang
mengakibatkan tidak stabilnya jumlah produksi. Tidak stabilnya produksi akan
berpengaruh terhadap permintaan cabai merah dan menyebabkan harga cabai merah
berfluktuasi. Dari latar belakarang tersebut, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1.
Apakah
produksi cabai rawit merah dalam negeri berpengaruh terhadap kenaikan harga
cabai?
2. Apakah impor cabai berpengaruh
terhadap kenaikan harga cabai?
TINJAUAN PUSTAKA
Penetapan
Harga
Menurut Philip
Kotler dan Gary Amstrong (2008: 345) “Harga (Price) adalah jumlah yang
ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi. Harga adalah jumlah
semua niali yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari
memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa”. Harga merupakan elemen
penting dalam strategi pemasaran dan harus senantiasa dan dilihat dalam
hubungannya dengan strategi pemasaran. Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa
disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu
barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat
tertentu. Harga berinteraksi dengan seluruh elemen lainnya dalam bauran
pemasaran untuk menentukan efektivitas dari setiap elemen dan keseluruhan elemen.
Tujuan yang menuntun strategi penetapan harga haruslah merupakan bagian tujuan
yang menuntun strategi pemasaran secara keseluruhan.
Harga menurut
Oentoro (2012:149) merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan dari sudut pandang
pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang
dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atas
penggunaan suatu barang atau jasa. Jadi harga adalah nilai tukar yang sebanding
antara uang dan barang atau jasa untuk mendapatkan manfaat dari barang atau
jasa yang di jual.
Faktor-faktor
dalam Penetapan Harga
Harga yang diajikan
oleh perusahaan akan gagal bila terlalu tinggi untuk dapat menghasilkan
keuntungan. Bila pelanggan menganggap bahwa harga lebih besar daripada nilai
produk. Mereka tidak akan membeli produk. Biaya produksi menetapkan batas bawah
bagi harga. Bila perusahaan menetapkan harga dibawah biaya produksi, perusahaan
akan mengalami kerugian. Dalam penetapan harga diantara dua keadaan ekstrem
ini, perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor internal maupun
eksternal lainnya, termasuk strategi dan bauran pemasaran secara keseluruhan,
kondisi pasar dan permintaan dan strategi serta harga dari pesaing. Penetapan
harga menurut Kottler dan Armstrong (345) adalah sebagai berikut:
a.
Penetapan
harga berdasarkan nilai. Penetapan harga berdasarkan nilai yaitu seorang
pemasar tidak dapat mendesain suatu produk atau program pemasar dan kemudian
menetapkan harga kecuali ia mengetahui nilai yang terkandung pada produknya.
b.
Penetapan
harga berdasarkan nilai yang baik. Semakin banyak pemasar yang menggunakan
strategi penetapan harga dengan nilai yang baik (good-value-pricing) menawarkan kombinasi yang tepat antara kualitas
dan layanan yang baik pada harga yang wajar. Tipe penting dari penetapan harga
dengan nilai yang baik pada tingkatan eceran adalah penetapan harga rendah
setiap hari (everyday low pricing-EDLP).
EDLP melibatkan penerapan harga yang konstan, harga rendah setiap hari dengan
sedikit atau diskon harga berkala. Sebaliknya, penetapan harga fluktuatif (high-low pricing) termasuk menetapkan
harga yang lebih rendah secara berkala untuk menawarkan harga yang lebih rendah secara berkala pada
barang-barang tertentu.
c.
Penetapan
harga dengan nilai tambah. Perusahaan harus menjaga nilai dari penawaran
pasarnya untuk menjaga kekuatan penetapan harga terutama bagi pemasok
komoditas, dengan karakter sedikit terdiferensiasi dan persaingan harga yang
ketat untuk meningkatkan kekuatan penetapan harga mereka.
d.
Biaya
perusahan dan produk. Penetapan harga berdasarkan biaya (cost-based pricing) melibatkan penetapan harga berdasarkan biaya
memproduksi, distribusi dan penjualan produk beserta tingkat pengembalian yang
wajar bagi usaha dan risiko. Biaya perusahaan dapat menjadi elemen penting
dalam strategi penetapan harganya. Jenis-jenis biaya, biaya tetap yang biasa
disebut biaya overhead. Biaya variabel berubah sesuai tingkat produksi. Biaya
total adalah jumlah dari biaya tetap dan variabel untuk tingkat produksi yang
dihasilkan.
e.
Biaya
pada tingkat produksi yang berbeda. Biaya bervariasi pada tingkat produksi yang
berbeda.
f.
Penetapan
harga berdasarkan biaya. Biaya-plus (cost-plus
pricing) menambahkan suatu mark- up standar pada biaya produk. Perusahaan
konstruksi, sebagai contoh, memperkirakan biaya keseluruhan proyek dan
menambahkan suatu mark-up standar bagi keuntungan. Pengacara, akuntan dan
profesional.
Pasar
Induk Kramat Jati
Pasar Induk Kramat
Jati terletak pada koordinat 6º17’44.36” lintang selatan dan 106º52’10.87”
Bujur Timur, dengan lokasi di Jl. Raya Bogor Km.17, Jakarta Timur, Provinsi DKI
Jakarta. Didirikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.D-V.a
18/1/17/1973 tanggal 28 Desember 1973. Telah diremajakan mulai tanggal 1 Maret
2003 sampai dengan tanggal 31 Desember 2008, sehingga saat ini mempunyai luas
areal 14,76 ha, luas bangunan 83.605 m² dan luas fasiitas parkir 14.737 m².
Pasar Induk Kramat
Jati merupakan pusat perdagangan sayur mayur dan buah-buahan untuk menjamin
kelancaran distribusi serta sebagai terminal pengadaan/penyaluran sayur mayur
dan buah-buahan yang akan berpengaruh kepada kegiatan perekonomian baik lokal
maupun regional. Di area Pasar Induk Kramat Jati terdapat berbagai macam
aktivitas utama yang di tempatkan sebanyak 1.639 pedagang, dalam sehari, jumlah
pasokan berbagai jenis komoditi di area Pasar Induk Kramat Jati sebanyak:
sayur-mayur 1.100 – 1400 ton, buah- buahan 1.200-1500 ton, umbi-umbian 90-120
ton dan bumbu dapur 1-30 ton dengan daerah distribusi untuk wilayah DKI Jakarta
70%, Botabek 25%, restoran 2% dan untuk lain-lain 3%.
Metode
Penetapan Harga
Menurut Philip
Kotler dan Gary Amstrong (2008: 345) “Harga (Price) adalah jumlah yang
ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi. Harga adalah jumlah
semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari
memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa”. Harga merupakan elemen
penting dalam strategi pemasaran dan harus senantiasa dan dilihat dalam
hubungannya dengan strategi pemasaran. Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa
disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu
barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat
tertentu. Harga berinteraksi dengan seluruh elemen lainnya dalam bauran
pemasaran untuk menentukan efektivitas dari setiap elemen dan keseluruhan elemen.
Tujuan yang menuntun strategi penetapan harga haruslah merupakan bagian tujuan
yang menuntun strategi pemasaran secara keseluruhan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini
dilakukan di Pasar Induk Kramat Jati, berlokasi di jalan Raya Bogor KM 17 Jakarta
Timur. Penelitian lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Pasar Induk Kramat Jati
merupakan salah satu pusat perdagangan besar sayur-mayur dan buah-buahan untuk
menjamin kelancaran distribusi nasional dan juga sebagai terminal pengadaan dan
penyaluran sayur-mayur dan buah – buahan yang akan berpengaruh kepada kegiatan
perekonomian baik nasional maupun regional.
Pelaksanaan
penelitian dilakukan pada bulan Maret - Mei 2018. Adapun perincian kegiatan pelaksanaan
penelitian ini mulai dari pembuatan surat izin penelitian pengambilan data
lapangan dan mengolah data. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan
hal tersebut menurut Sugiyono (2013: 3) terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.
Prosedur penelitian
kualitatif yang menghasilkan data dan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Singkatnya kata-kata lebih
memberikan makna daripada angka-angka. Penelitian ini juga menginterpretasikan
atau menterjemahkan dengan bahasa peneliti tentang hasil penelitian yang
diperoleh dari informan dilapangan sebagai wacana untuk mendapat penjelasan tentang
kondisi yang ada.
Alasan peneliti
memilih pendekatan dan jenis penelitian kualitatif deskriptif karena peneliti
ingin mendalami teori penetapan harga sebagai gejala sosial yang sulit
diungkapkan dengan pendekatan matematis.
TEKNIK
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Dalam suatu penelitian teknik
pempulan data merupakan hal yang sangat penting. Karena inti dari suatu
penelitian adalah mendapatkan data. Data yang telah di dapat akan dianalisis
yang pada akhirnya akan menjadi suatu temuan.
Pada penelitian peneliti menggunakan strategi observasi partisipatif,
wawancara semi terstruktur, mengumpulkan dokumentasi kualitatif dan
triangulasi.
Dalam hal ini peneliti
menggunakan strategi observasi partisipatif maksudnya adalah peneliti dalam
melakukan pengumpulan data peneliti ikut terlibat dengan kegiatan sehari-hari
objek penelitian yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Maka, data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang nampak. Selain melakukan observasi peneliti juga
melakukan wawancara dalam mengumpulkan data. Teknik wawancara yang dipilih
adalah wawancara semi terstruktur.
Proses menjaring dan memperoleh
data, harus mengunakan prosedur agar dapat menjaring data secara maksimal.
Sebelum menjaring data perlu menyiapkan beberapa hal menggunakan protokol
observasi, protokol wawancara agar observasi
dan wawancara dapat terstruktur dengan baik. Selain itu untuk mendapatkan
materi-materi visual dapat direkam atau dicatat sesuai dengan keinginan,
catatan-catatan ini harus merefleksikan informasi mengenai dokumen tersebut
atau materi lain serta gagasan dari materi tersebut.
Gambar 1 Harga Cabai Rawit Merah Tahun
2018
Peneliti melakukan analisis data
sebelum dilapangan, analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan,
atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus dalam penelitian.
Akan tetapi fokus penelitian masih bersifat sementara. Data yang didapat dari lapangan bisa ratusan
bahkan ribuan data maka dari itu perlu adanya reduksi data untuk merangkum,
memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal- hal yang penting dan
membuang data yang tidak penting. Setelah mereduksi data langkah selanjutnya
adalah mendisplay data Display data pada kualitatif bisa dibuat dalam bentuk
uraian singkat, bagan, atau flowchart. Dengan membuat penyajian dalam bentuk
bagan itu akan memudahkan pembaca dalam memahaminya karena sudah bisa
dimengerti dengan bagan yang dibuat secara langsung pada pointnya dan disertai
dengan penjelasannya secara detail.
Menurut Miles and Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif. Tujuan dari men- display data adalah untuk memudahkan dalam memahami
apa yang terjadi, dan merencanakan langkah selanjutnya setelah memahami data
yang di peroleh.
Gambar 2 Ilustrasi: reduksi data, display data, dan verifikasi
V.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada tanggal 30 Maret 2018 saya
observasi pertama kali mendatangi PD. Pasar Jaya Pasar Induk Kramat Jati untuk
meminta izin apakah tempat tersebut bisa untuk dilakukannya penelitian, pada
saat saya memberikan surat izin observasi ke bagian Administrasi bertemu dengan
Bapak Agus, lalu saya diarahkan langsung ke bagian Informasi Data dengan Bapak
H.Minto dan Bapak Komar selaku staf bagian Informasi Data untuk melakukan
observasi, setelah mendapatkan informasi mendalam lalu saya diizinkan untuk
lebih lanjut melakukan penelitian tentang Penetapan Harga Diskriminasi cabe
rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati. Setelah mendapatkan izin tersebut saya
pun langsung melakukan penelitian dengan Bapak Sujiman selaku pedagang besar
cabe rawit merah yang sudah berdagang cabe rawit merah di pasar induk selama
kurang lebih 30 tahun dan Bapak Riyadi selaku pedagang kecil cabe rawit merah
yang lama berdagang di Pasar Induk Kramat jati kurang lebih 15 tahun serta
rekan-rekan pedagang cabe rawit merah di Blok H Pasar Induk Kramat Jati untuk
mengetahui lebih dalam tentang penetapan harga cabe rawit merah di Pasar Induk
Kramat Jati, Jakarta Timur.
Penetapan harga
segmen pelanggan
Menurut
wawancara tiga informan pada tanggal 11 – 12 Mei 2018, di Pasar Induk Kramat
Jati melakukan diskriminasi harga jual cabe rawit merah kepada beberapa jenis
pelanggan, yaitu:
a)
Pelanggan
pedagang pasar eceran, pedagang pasar induk kramat jati biasanya memberikan
harga dibawah harga standar kepada pedagang pasar eceran karena mereka membeli
1 Karung/± 80 kilogram.
b)
Pelanggan
restoran, pedagang cabe rawit merah di pasar induk memberikan harga di atas
harga standar kepada pihak restoran karena permintaan cabe rawit merah yang
berkualitas baik.
c)
Pelanggan
catering / rumah makan sederhana, pedagang cabe rawit merah memberikan harga standar kepada pelanggan catering /
rumah makan sederhana.
Jadi, dapat peneliti simpulkan
bahwa di Pasar Induk Kramat Jati menetapkan harga sesuai harga segmen pelanggan
karena pedagang melihat adanya kebutuhan yang berbeda antara pelanggan pasar
eceran, pelanggan restoran dan pelanggan catering.
Tabel 1 Maping Daerah Pemasok Cabai
Rawit Merah ke Pasar Induk Kramat Jati Musiman
Sumber : PD Pasar Jaya Pasar
Induk Kramat Jati
Penetapan harga
waktu
Menurut tiga informan dalam
wawancara tanggal 21 dan 22 Agustus 2015, Di pasar induk kramat jati harga cabe
rawit merah selalu berubah-ubah sesuai kondisi, disebabkan oleh penumpukan
pasokan/dengan sedikitnya pasokan cabe rawit merah dan juga konsumen cabe rawit
merah secara tidak langsung sudah memiliki waktu belanja. Dapat dibuktikan
dalam hasil wawancara mengenai harga jual cabe rawit merah pada bulan Ramadhan
1436 H berikut:
Tabel 2 Harga Jual Cabai Rawit Merah
pada Saat Bulan Ramadhan 1436 H
Sumber : Pedagang Bandar Cabai Rawit
Merah di Pasar Induk Kramat Jati
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kegiatan
penetapan harga segmentasi pelanggan di Pasar Induk Kramat Jati memiliki 3
jenis pelanggan cabe rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati, yaitu:
a)
Pelanggan
Pasar Eceran daerah pinggiran Jakarta, Bogor. Depok, Tangerang, dan Bekasi
(Jabodetabek) dengan kuantitas pembelian minimal 1 karung/75-85 kg.
b)
Pelanggan
Restoran Jakarta dan sekitarnya dengan kualitas pembelian pembelian Minimal 10
kg cabe rawit merah kualitas baik,
c)
Pelanggan
catering Jakarta dan sekitarnya dengan minimal pembelian 10 kg cabe rawit merah
kualitas standar-baik.
Saran yang dapat
diberikan peneliti adalah untuk mempertahankan kegiatan penetapan harga
segmentasi pelanggan di Pasar Induk Kramat jati serta ditingkatkan melalui
penetapan ketentuan pembelian yang dibuat oleh pemerintahan terkait agar mata
rantai distribusi cabe rawit merah tidak keluar dari koridor sehingga
meminimalisir harga jual di sekitar Jabodetabek melonjak tinggi. Mempertahankan
kegiatan penetapan harga bentuk produk yang sudah berlaku di Pasar Induk Kramat
Jati serta pedagang harus objektif dalam menangani harga bentuk produk cabe
rawit merah. Agar menarik simpati konsumen alangkah baiknya di blok H yang di
khususkan untuk lokasi cabe di buat papan info update cabe asal pasokan
khususnya cabe rawit merah, kegiatan tersebut untuk mengusahakan konsumen
cerdas dalam membeli cabe rawit merah.
Pemerintah terkait
memberikan kebijakan bahwa pasokan yang datang ke Pasar Induk Kramat jati harus
membawa surat jalan juga lampiran tonase pasokan dari petani pengepul daerah
pemasok dan pedagang memberikan laporan volume penjualan kepada pihak PD. Pasar
Jaya agar dapat diteliti lebih lanjut tingkat konsumsi cabe rawit merah pada
setiap bulannya, hal ini mengupayakan untuk meminimalisir kenaikan harga cabe
rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati. Menambahkan papan update info pasokan
cabe rawit merah serta update harga rata-rata pertiap kondisi di blok H Pasar
Induk Kramat jati agar menjalin hubungan baik antara PD. Pasar Jaya, Pedagang
cabe rawit merah dan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Thamrin dan Francis Tantric. 2012. Manajemen
Pemasaran. Jakarta: Raja Grafindo.
Fatimah.
2014. Merancang dan Program Penetapan
Harga. FKIP UNSRI.
Oentoro,
Deliyanti. 2012. Manajemen Pemasaran
Modern. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo
Peraturan
Menteri Perdangangan Republik Indonesia 20016 Tentang Penetapan Harga Acuan
Pembelian Di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.
Purhantara,
Wahyu. 2010. Metode Kualitatif Untuk
Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Resiva,
Winda. 2013. Pengaruh Penetapan Harga
Terhadap Volume Penjualan Masker Bengkoang di PT Mustika Ratu, TBK Jakarta.
Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof.DR. Hamka.
Sugiyono.
2013. Metode Penelitian Kombinasi.
Bandung: Alfabeta.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 3 Observasi Awal di Pasar Induk
Kramat Jati
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
Gambar 4 Observasi Akhir di Pasar Induk
Kramat Jati
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
Gambar 5 Kualitas Cabai Rawit Merah di
Pasar Induk Kramat Jati
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
Gambar 6 Wawancara dengan Pedagang Cabai
di Pasar Induk Kramat Jati
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
Gambar 7 Cara Pedagang menjual barangnya
ke Konsumen di Pasar Induk Kramat Jati
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
Gambar 8 Presentasi Hasil Penelitian
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar