Selasa, 10 Juli 2018

Artikel Fisika Kebumian 108 - Muhamad Mahendra - 3215143639 - "Penginderaan Jarak Jauh Untuk Keamanan Laut"


Penginderaan Jarak Jauh Untuk Keamanan Laut

Dosen Pengampu: Dr. Ir Vina Serevina, MM
Penulis: Muhamad Mahendra
NIM: 3215143639


Gambar1: Contoh penginderaan jarak jauh untuk tata letak suatu kota

Penginderaan jarak jauh dapat di definisikan sebagai teknik atau ilmu pengetahuan yang menjelaskan tentang sesuatu obyek tanpa menyentuhnya (Cambell, 1996). Teknik pengambilan data ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atu fenomena yang dikaji melalui analisis data yang diperoleh dengan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji. Untuk melakukan teknik ini perlu menggunakan alat bantu seperti satelit untuk mengambil citra dari gambarnya ataupun drone dengan tambahan fitur kamera untuk mengambil citra dari gambarnya. Hasil data yang diperoleh yaitu data gambar (visual) dan data numerik (angka). Untuk data numerik biasanya disimpan pada pita magnetik dan ditafsirkan dengan menggunakan komputer, untuk kemudian dianalisis sesuai dengan kebutuhan.
Cara mendapatkan data dari suatu objek yang diamati yaitu menggunakan deteksi sensor. Deteksi sensor pada penginderaan jarak jauh dibagi menjadi dua, yaitu sensor aktif dan sensor pasif. Untuk deteksi sensor aktif sendiri telah menyediakan sendiri sumber energi untuk menyinari target dan menggunakan sensor untuk mengukur refleksi energi oleh target dengan menghitung sudut refleksi atau waktu yang diperlukan untuk mengembalikan energi. Keuntungan dari menggunakan deteksi sensor aktif adalah pengukuran bisa dilakukan kapan saja. Akan tetapi, sensor aktif ini memerlukan energi yang cukup besar untuk menyinari target. Pada deteksi sensor pasif, digunakan pengukuran level energi yang secara alami dipancarkan, dipantulkan, atau dikirimkan oleh target. Sensor ini hanya bisa bekerja apabila terdapat sumber energi yang alami seperti cahaya matahari, sedangkan pada malam hari atau apabila permukaan bumi tertutup awan, debu, asap dan partikel atmosfer lain, pengambilan data dengan cara deteksi pasif tidak bisa dilakukan dengan baik.

Apa salah satu pemanfaatan penginderaan jarak jauh yang ada pada saat ini? Salah satu pemanfaatan dari penginderaan jarak jauh yaitu sebagai alat bantu keamanan laut. Bagaimana bisa dengan penginderaan jarak jauh mendukung alat bantu keamanan laut? Berikut contoh pemanfaatan penginderaan jarak jauh di laut arafura untuk keamanan laut.

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan wilayah lautan yang sangat luas dan mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia. Dengan wilayah lautan yang sangat luas memungkinkan terjadinya ganguan keamanan di wilayah laut yang salah satu contohnya adalah aktifitas illegal fishing. Setiap tahun kapal asing yang mencuri hasil laut di perairan Indonesia mencapai 1.000 kapal yang tersebar di perairan Natuna, Arafuru, Laut Sulawesi dan daerah-daerah lainnya. Nilai kerugian Indonesia akibat illegal fishing di Laut Arafuru mencapai nilai sebesar Rp. 40 Triliun setiap tahunnya. Kerugian sejak tahun 2001 sampai 2013 mencapai nilai yang fantastis yaitu Rp. 520 Triliun (Rahardjo, 2013).

Mengingat luasnya wilayah laut Indonesia dan untuk menyiasati keterbatasan armada dan dukungan logistik, maka diperlukan suatu teknik berbasiskan teknologi yang dapat mengoptimalisasi dan efisiensi dukungan yang ada. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan teknologi penginderaan jauh yang dapat memantau secara synoptic, pada area yang luas dan dapat mengulang pengukuran dalam tempo tertentu serta dapat menjangkau daerah terpencil sekalipun. Dengan menggunakan citra satelit penginderaan jauh ini didapatkan data/informasi terkini yang kemudian diproses dan diolah menghasilkan data yang berupa informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana operasi kemanan laut.

Salah satu informasi yang bisa diperoleh dari data penginderaan jauh adalah informasi konsentrasi klorofil-a. Klorofil-a merupakan salah satu pigmen yang paling dominan terdapat pada fitoplankton dan berperan dalam proses fotosintesis. Fitoplankton berperan sebagai primary producer atau penghasil awal dalam rantai makanan di perairan. Tingkat kesuburan perairan (produktivitas perairan) dapat ditunjukkan dengan konsentrasi klorofil yang terdapat di perairan tersebut. Dengan mengetahui informasi fondasi pertama rantai makanan ini maka informasi daerahdaerah yang diduga terdapat banyak ikan dapat diketahui. Produksi ikan dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis yang disebut dengan produktifitas primer (Zagaglia et al, 2004). Produktivitas primer dapat diestimasi menggunakan data inderaja yaitu dari parameter suhu, konsentrasi klorofil-a dan Photosyntetic Active Radiation (PAR) sebagaimana dimodelkan oleh Behrenfed and Falkowski (1997) dengan nama Vertically Generalized Production

Model (VGPM). Hubungan antara produksi ikan yang diturunkan dari model Pauly dan Christensen (1995) dengan input dari hasil VGPM dengan produksi ikan dari lapangan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan korelasi yang tinggi (Putriningsih, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi klorofil-a dengan aktifitas penangkapan sangat erat. Penelitian Gomes et al (2008) menyatakan bahwa konsentrasi klorofil selama musim upwelling dapat digunakan untuk memprediksi jumlah ikan yang direkrut ke dalam populasi. Dari penjelasan pustaka tersebut di atas, perairan yang subur dapat diasumsikan sebagai daerah yang tingkat aktifitas penangkapannya tinggi, sehingga kemungkinan adanya gangguan keamanan di laut juga tinggi. Dengan diketahuinya informasi lokasi dan waktu yang diduga terdapat banyak ikan maka dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam penentuan lokasi dan arah pergerakan kapal-kapal patroli sehingga operasi menjadi lebih terarah efektif dan efisien berbekal informasi yang bisa diandalkan keakuratannya.

Sumber: Hasil wawancara penulis dengan pihak LAPAN penginderaan jarak jauh
Sumber lain: Winarso, Gathot dan Kurniawan, Eko. 2014. Jurnal Penginderaan Jarak Jauh Vol. 11 No. 2 (128-141)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar