Penginderaan Jarak Jauh Untuk Keamanan Laut
Dosen Pengampu: Dr. Ir Vina
Serevina, MM
Penulis: Muhamad Mahendra
NIM: 3215143639
Gambar1: Contoh
penginderaan jarak jauh untuk tata letak suatu kota
Penginderaan jarak jauh dapat di definisikan sebagai
teknik atau ilmu pengetahuan yang menjelaskan tentang sesuatu obyek tanpa
menyentuhnya (Cambell, 1996). Teknik pengambilan data ini digunakan untuk
memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atu fenomena yang dikaji
melalui analisis data yang diperoleh dengan alat tanpa kontak langsung dengan
objek, daerah atau fenomena yang dikaji. Untuk melakukan teknik ini perlu
menggunakan alat bantu seperti satelit untuk mengambil citra dari gambarnya
ataupun drone dengan tambahan fitur kamera untuk mengambil citra dari
gambarnya. Hasil data yang diperoleh yaitu data gambar (visual) dan data
numerik (angka). Untuk data numerik biasanya disimpan pada pita magnetik dan
ditafsirkan dengan menggunakan komputer, untuk kemudian dianalisis sesuai
dengan kebutuhan.
Cara mendapatkan data dari suatu objek yang diamati
yaitu menggunakan deteksi sensor. Deteksi sensor pada penginderaan jarak jauh
dibagi menjadi dua, yaitu sensor aktif dan sensor pasif. Untuk deteksi sensor
aktif sendiri telah menyediakan sendiri sumber energi untuk menyinari target
dan menggunakan sensor untuk mengukur refleksi energi oleh target dengan
menghitung sudut refleksi atau waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
energi. Keuntungan dari menggunakan deteksi sensor aktif adalah pengukuran bisa
dilakukan kapan saja. Akan tetapi, sensor aktif ini memerlukan energi yang
cukup besar untuk menyinari target. Pada deteksi sensor pasif, digunakan
pengukuran level energi yang secara alami dipancarkan, dipantulkan, atau
dikirimkan oleh target. Sensor ini hanya bisa bekerja apabila terdapat sumber
energi yang alami seperti cahaya matahari, sedangkan pada malam hari atau
apabila permukaan bumi tertutup awan, debu, asap dan partikel atmosfer lain,
pengambilan data dengan cara deteksi pasif tidak bisa dilakukan dengan baik.
Apa salah satu pemanfaatan penginderaan jarak jauh
yang ada pada saat ini? Salah satu pemanfaatan dari penginderaan jarak jauh
yaitu sebagai alat bantu keamanan laut. Bagaimana bisa dengan penginderaan
jarak jauh mendukung alat bantu keamanan laut? Berikut contoh pemanfaatan
penginderaan jarak jauh di laut arafura untuk keamanan laut.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara
kepulauan terbesar di dunia, dengan wilayah lautan yang sangat luas dan
mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia. Dengan
wilayah lautan yang sangat luas memungkinkan terjadinya ganguan keamanan di
wilayah laut yang salah satu contohnya adalah aktifitas illegal fishing. Setiap
tahun kapal asing yang mencuri hasil laut di perairan Indonesia mencapai 1.000
kapal yang tersebar di perairan Natuna, Arafuru, Laut Sulawesi dan
daerah-daerah lainnya. Nilai kerugian Indonesia akibat illegal fishing di Laut
Arafuru mencapai nilai sebesar Rp. 40 Triliun setiap tahunnya. Kerugian sejak
tahun 2001 sampai 2013 mencapai nilai yang fantastis yaitu Rp. 520 Triliun
(Rahardjo, 2013).
Salah satu informasi yang bisa diperoleh dari data
penginderaan jauh adalah informasi konsentrasi klorofil-a. Klorofil-a merupakan
salah satu pigmen yang paling dominan terdapat pada fitoplankton dan berperan
dalam proses fotosintesis. Fitoplankton berperan sebagai primary producer atau
penghasil awal dalam rantai makanan di perairan. Tingkat kesuburan perairan
(produktivitas perairan) dapat ditunjukkan dengan konsentrasi klorofil yang
terdapat di perairan tersebut. Dengan mengetahui informasi fondasi pertama
rantai makanan ini maka informasi daerahdaerah yang diduga terdapat banyak ikan
dapat diketahui. Produksi ikan dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis yang
disebut dengan produktifitas primer (Zagaglia et al, 2004). Produktivitas
primer dapat diestimasi menggunakan data inderaja yaitu dari parameter suhu,
konsentrasi klorofil-a dan Photosyntetic Active Radiation (PAR) sebagaimana
dimodelkan oleh Behrenfed and Falkowski (1997) dengan nama Vertically
Generalized Production
Model (VGPM). Hubungan antara produksi ikan yang
diturunkan dari model Pauly dan Christensen (1995) dengan input dari hasil VGPM
dengan produksi ikan dari lapangan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan
korelasi yang tinggi (Putriningsih, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
antara konsentrasi klorofil-a dengan aktifitas penangkapan sangat erat.
Penelitian Gomes et al (2008) menyatakan bahwa konsentrasi klorofil selama
musim upwelling dapat digunakan untuk memprediksi jumlah ikan yang direkrut ke
dalam populasi. Dari penjelasan pustaka tersebut di atas, perairan yang subur
dapat diasumsikan sebagai daerah yang tingkat aktifitas penangkapannya tinggi, sehingga
kemungkinan adanya gangguan keamanan di laut juga tinggi. Dengan diketahuinya
informasi lokasi dan waktu yang diduga terdapat banyak ikan maka dapat
dijadikan salah satu pertimbangan dalam penentuan lokasi dan arah pergerakan
kapal-kapal patroli sehingga operasi menjadi lebih terarah efektif dan efisien
berbekal informasi yang bisa diandalkan keakuratannya.
Sumber: Hasil wawancara penulis dengan pihak LAPAN
penginderaan jarak jauh
Sumber lain: Winarso, Gathot dan Kurniawan, Eko. 2014. Jurnal Penginderaan Jarak Jauh Vol. 11 No. 2 (128-141)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar