Penginderaan Jarak Jauh Untuk
Mengetahui Kualitas Air Laut
Oleh
Ir. Vina Serevina, MM., Sarah
Salsabila
Gambar 1 Salah satu pemanfaatan penginderaan jarak
jauh untuk mengamati keadaan fisis lautan
“Sekarang sudah banyak pemanfaatan
penginderaan jauh, apalagi untuk negara kepulauan besar seperti Indonesia
penggunaan penginderaan jauh sangatlah berguna” – Ibu Hendayani, Humas LAPAN
Pasar Rebo
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai
potensi sumberdaya alam pesisir dan lautan yang sangat besar. Potensi
sumberdaya alam ini perlu dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara
optimal bagi kesejahteraan bangsa Indonesia dengan tetap memperhatikan dan
melakukan usaha untuk menjaga kelestariannya. Sebagai negara kepulauan terbesar
yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan, Indonesia tentu
membutuhkan informasi yang akurat mengenai kualitas air yang dimilikinya.
Peruntukan perairan sangat beragam, diantaranya pelayaran, budidaya,
pariwisata, air minum, irigasi.
Dalam pengertian umum, kualitas air adalah istilah
yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu.
Kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, misalkan
kualitas air untuk keperluan minum berbeda dengan kualitas air untuk keperluan
budidaya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu
terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik,
biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Dalam pengukuran kualitas air ada
beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah parameter fisik,
parameter kimia, dan parameter biologis. Air yang jernih belum berarti air yang
baik bagi ikan, karena jernih bukan satu satunya syarat air berkualitas bagi
ikan. Dalam lingkup budidaya yang lebih luas lagi, ikan yang dimaksud perlu
dirinci lagi, bagaimana dengan habitatnya selama ini. Jika ingin ditingkatkan
produknya, bagaimana dengan kualitas air yang diperlukan, parameter apa saja
yang merupakan kebutuhan ikan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana kita
dapat mengamati wilayah perairan Indonesia yang sangat luas ini? Ibu Hendayani,
Humas LAPAN Pasar Rebo mengatakan “sekarang sudah banyak pemanfaatan
penginderaan jauh, apalagi untuk negara kepulauan besar seperti Indonesia
penggunaan penginderaan jauh sangatlah berguna”.
Teknologi penginderaan jauh mempunyai kemampuan
untuk mengindentifikasi serta melakukan monitoring terhadap perubahan
sumberdaya alam dan lingkungan wilayah pesisir dan laut. Penginderaan jarak
jauh itu sendiri adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau
fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek
tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena
oleh sebuah alat dari jarak jauh (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa,
satelit, kapal, atau alat lain). Penginderaan jauh sangat tergantung dari
energi gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dapat berasal dari
banyak hal, akan tetapi gelombang elektromagnetik yang terpenting pada
penginderaan jauh adalah sinar matahari. Banyak sensor menggunakan energi
pantulan sinar matahari sebagai sumber gelombang elektromagnetik, akan tetapi
ada beberapa sensor penginderaan jauh yang menggunakan energi yang dipancarkan
oleh bumi dan yang dipancarkan oleh sensor itu sendiri. Sensor yang
memanfaatkan energi dari pantulan cahaya matahari atau energi bumi dinamakan
sensor pasif, sedangkan yang memanfaatkan energi dari sensor itu sendiri dinamakan
sensor aktif.
Satelit kelautan yang ada hingga saat ini dilihat
dari sifat orbitnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu satelit sunsynchronous dan geosynchronous atau earthsynchronous
atau synchronous saja. Satelit sunsynchronous bergerak mengelilingi
bumi secara terus-menerus dari utara ke selatan atau sebaliknya dan melewati
kutub (atau dekat kutub). Satelit ini melewati bidang khatulistiwa pada waktu
setempat yang selalu sama (waktu lokal). Satelit geostasioner atau
geosynchronous mengelilingi bumi searah dengan gerakan rotasi bumi dan dengan
periode yang sama dengan periode rotasi bumi yaitu 24 jam. Oleh karena itu
satelit ini akan selalau berada di atas titik tertentu di bumi (di daerah
khatulistiwa). Jika dilihat dari bumi maka satelit ini seolah-olah berada tetap
di posisi tertentu dari bumi.
Ibu Hendayani dari LAPAN menyatakan bahwa untuk
negara sebesar Indonesia, yang memiliki tiga zona waktu, diperlukan lebih dari
satu satelit untuk mengawasi seluruh bagian negeri. Kalau hanya menggunakan
satu satelit, terkadang bagian terujung dan terluar Indonesia tidak tertangkap
citranya oleh satelit. Tetapi sangat disayangkan karena Indonesia belum bisa
menciptakan satelit sendiri sehingga pemerintah harus menyewa satelit buatan
negara lain. Beberapa negara yang menyewakan satelitnya untuk Indonesia adalah
Prancis, Amerika Serikat, dan Jepang. Satelit Himawari merupakan salah satu
satelit di Indonesia yang digunakan untuk mengawasi cuaca.
Untuk mengawasi seperti apa kualitas air di perairan
Indonesia itu sendiri, berdasarkan data dari LAPAN, LAPAN menggunakan dua
satelit: Landsat 8 dan SPOT 6. Satelit Landsat 8 dan SPOT 6 digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang muatan padatan tersuspensi (MPT), untuk
mendapatkan informasi tentang suhu permukaan air laut menggunakan satelit
Landsat 8 saja, dan untuk mendapatkan informasi mengenai fitoplankton Cl-a juga
hanya menggunakan satelit Landsat 8 saja.
Gambar 2 Data dari pesebaran Cl-a
Gambar 3 Data pesebaran MPT dari Landsat 8
Gambar 4 Data pesebaran MPT dari SPOT 6
Gambar 5 Data suhu permukaan laut dari Landsat 8
Dari data-data
yang didapatkan satelit kita dapat mengetahui bagaimana kualitas air laut di perairan
Indonesia. Sekarang targetnya adalah Indonesia tak lagi menyewa satelit luar
negeri untuk mengamati kondisi perairan Indonesia, melainkan mulai memproduksi
sendiri satelit buatan anak negeri
Sumber:
Wawancara pihak LAPAN Pasar Rebo
LITBANG PEMANFAATAN DATA
PENGINDERAAN JAUH UNTUK KUALITAS AIR. 2015. LAPAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar